Bincang-bincang dengan Kepala RBN Wale Mazani, Jolly Aray
Menarik apa yang terungkap dalam perbincangan saya dengan pemimpin Rumah Budaya Nusantara (RBN) Wale Mazani beberapa waktu yang lalu, di sentra pembuatan alat musik tradisional Minahasa, Kolintang, di Kota Tomohon. Menurut Aray, saat ini belum ada standar baku mengenai ukuran alat musik tradisional Minahasa tersebut.
"Selain belum ada standar ukuran bilah dan ukuran Kolintang yang baku, saat ini RBN juga sementara mencari dan mengembangkan jenis kayu yang pas untuk pengembangan Kolintang," ujar Jolly Aray di RBN Wale Mazani. Dirinya mengakui bahwa saat ini jenis kayu yang paling banyak digunakan yaitu Cempaka (Magnolia champaca), karena ketersediaannya di pasaran.
"Ada juga kayu mawenang, wanderan dan wunu. Saat ini kami sementara mengembangkan kayu wunu karena sifat bunyinya yang unik," ungkap Aray. Namun, dirinya mengakui bahwa mengkultivasi kayu sendiri membutuhkan ekstra energi karena pihaknya perlu berkonsentrasi pada produksi Kolintang itu sendiri. Untuk itu, dirinya menyambut baik bila ada usaha penyediaan bahan baku kayu lokal yang tentu saja memberikan karakteristik unik bagi Kolintang Minahasa.
Sebagai akademisi di perguruan tinggi, saya mengutarakan kemungkinan bekerjasama untuk pengembangan kolintang. Aray menyambut baik bila ada pihak yang dapat menemukan standarisasi kolintang dan mengembangkannya. Pihaknya sangat terbuka untuk bekerjasama demi pengembangan musik kolintang ke depan. Sebagai seniman dan perajin kolintang, Aray sudah membuktikan diri tetap bertahan puluhan tahun melewati berbagai tantangan dan perubahan zaman, tetap setia memproduksi alat musik kebanggaan masyarakat Sulawesi Utara, Kolintang.
No comments:
Post a Comment