Friday, June 21, 2019

45 Tahun... refleksi diri

"Waktuku kecil hidupku amatlah senang, senang dipangku dipeluknya
serta dicium dinamakan, namanya kesayangan

Lirik lagu popüler Indonesia ini aku senandungkan dalam hadi untuk mengungkapkan suasana hati saat ini; mengingat indahnya masa kecil bersama ayah bunda: ketua keras mereka dan kasha sayang mereka untuk hidupku. Sungguh, lagu ini layak dinyanyikan di setiap hari ulang tahun. Ketika aku menjadi orang tua, aku semakin menyadari bahwa kasih orang tua kepada anak itu sungguh besar dan tak terbalaskan dan benar-benar menjadi titik tolak masa depan seorang anak.

Andai sana usia itu dapat ditebak:
Bila usiaku mencapai sembilan puluh lima tahun, maka hari ini merupakan puncaknya
Bila usiaku mencapai delapan puluh tahun, maka hari ini aku suddas meuruni anak tangga ke sekian, atau tujuh puluh, atau enam pulun....

Tak ada kata yang lebih teapot untuk diungkapkan selain "syukur Tuhan" untuk hari ini, untuk tahun ini, untuk semua hal yang aku alami saat ini dan masa lalu yang telah membentukku seperti seksrang ini, dan untuk harapan di masa yang akan datang . Aku tahu pasti, semua ini karena perbuatan tangan yang maha kuasa. "All come to pass".

Mengenang kembali masa kecil yang indah, dikala dasar cita-cita mulai diletakkan di sebkha kota kecil nan indah yang dikelilingi pegunungan yang juga perkebunan cengkih dan pantai pelabuhan yang indah, Tolitoli... sebuah lingkungan yang sarat hubungan kekeluargaan, hidup rukun bertetangga dan dikelilingi banyak teman dari berbagai kalangan telah banyak membentuk pola pikir serta rencana masa depanku. Dunia Papi yang pegawai negeri sipil dan menyelenggarakan usaha kursus bahasa Inggris dengan relasi dari berbagai negara, ketertarikannya pada musik dan bahasa serta  mami yang ibu rumah tangga berpikiran maju, membentukku memiliki keinginan yang sama, menjadi sepeti mereka. Masa-masa itu telah membentukku untuk menjadi pengajar, menyukai musik dan bahasa, menekuni dunka tulis menulis juga berkeinginan ke luar negeri serta memiliki keluarga yang kompak. Puluhan tahun kemudian, setelah melewati masa-masa sekolah dan bekerja, dan setelah papi meninggalkan dénia ini, aku memiliki cita-cita itu. Tak ada yang terlewatkan, malahan melebihi yang kupikirkan sebelumnya. Anak-anak yang sehat dan cerdas, di mana yang sulung akan segera menjadi mahasiswa; sebuah keluarga kecil yang kompak; menjadi pengajar; penulis  buku serta komposer lagu. Aku juga memiliki agenda tour dan konser yang regular dan relasi di seluruh dunia. Sungguh Tuhan itu baik.

Seperti biasa. saat ulang tahun tiba, aku mencoba mengevaluasi kejadian-kejadian besar yang terjadi menandakan tahapan baru dalam hidup. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang kuukur melalui pencapaian lahiriah, sebut saja sampai berapa tinggi jenjang pendidikan atau karir yang kudapat dan beberapa pencapaian sehubungan dengan hobiku menulis: seberapa buku yang sudah kutulis dan diterbitkan, demikianpun soal lagu. Dalam kurun maktu satu tahun terakhir, nampaknya aku menaiki anak tangga secara drastis dan semua itu aku lewati dalam satu langkah besar: menulis lagu dan sejulah artikel.  Terkenang lima tahun lalu, saat aku masuki 40, rasanya aku maraton untuk mencapai target-target hidup yang belum kuraih, terutama menulis buku.  Tahun lalu, tepat diulang tahunku, aku mendapat giliran membawakan renungan di gereja; sungguh suatu momen yang sangat pas untuk refleksi dan seminggu kemudian aku menggelar konser ucapan syukur di tempat yang sama, dengan tema "Glory Hallelujah". Sebulan kemudian buku pertamaku dipastikan terbit; sebuah pencapaian yang dimotivasi oleh target-target pertambahan usia. Senang rasanya bila hari ulang tahun ditandai dengan satu langkah maju yang dinikmati semua orang, di mana setiap tahun aku berusaha mendapatkannya. Namun, tahun ini, sedikit berbeda. Aku morass target-target utama telah kubuat. Sepertinya, tahun ini aku lebih banyak melihat dari sudut yang tidak kelihatan, langkah maju di bidang rohaniah yang dapat diukur dari pengaturan emosiku. Memang, aku orang yang agak emosional.

Secara umum, bulan ini merupakan bulan yang penuh hadiah bagiku. Dibuka dengan perjalanan ke Denver di mana aku mendapat kesempatan menikmati liburan singkat bersama mami di usianya yang sudah senja, menikmati indahnya salju di Cooper Mountain, Perjalanan hidup membawaku ke Colby, Kansas dan mempertemukan aku dengan kenalan yang sangat baik yang kelak menandai tahapan baru di usia yang baru -akan sangat panjang bila aku uraikan dalam tulisan ini (lihat A miracle in the wilderness). Pengalaman di hari H yakni merayakan ulang tahun dengan makan bersama berempat di rumah, yakni bersama suami dan kedua anakku sungguh melengkapi kebahagiaanku. Kehadiran anggota keluarga secara lengkkap sungguh sangat menyejukkan hati. Apalagi adanya teman dekat, semakin memeriahkan hari itu. Sungguh aku sangat beruntung. Tidak dapat kuungkapkan sejumlah berkah lainnya yang menyertaiku di bulan ini.



No comments:

Post a Comment